Sebuah hujan meteor kembali akan terjadi di bulan November ini. Namanya hujan meteor Leonid, yang muncul pada tanggal 15 – 20 November dan berpuncak di kisaran tanggal 18 November setiap tahunnya. Di tahun 2012 ini, puncaknya terjadi pada tanggal 17 November dinihari.
Hujan meteor ini pernah disebut yang paling spektakuler ketika jumlah
meteor yang tampak mencapai 100.000 buah per jamnya di tahun 1833.
Dengan jumlah meteor sebanyak itu, istilah hujan meteor pun berubah
menjadi badai meteor. Di keadaan normal, jumlah meteor yang bisa kita
lihat antara 5-20 meteor per jam.
Badai Meteor Leonid 1833 (Sumber: Wikipedia) |
Nama hujan meteor ini diambil dari nama rasi Leo, yang disebut
sebagai titik radian meteor-meteornya. Penamaan sebuah hujan meteor
memang menggunakan rasi tempat titik radiannya berada. Titik radian itu
sendiri berarti titik imajiner yang menjadi pusat dari semua meteor yang
muncul. Apabila setiap meteor dianggap sebagai garis dan kita
perpanjang ke arah yang berlawanan dengan arah geraknya, kita akan
dapatkan semua garis tersebut seolah bertemu di satu titik. Titik itulah
yang disebut titik radian. Mirip seperti jeruji roda yang bertemu di
titik tengah roda.
Sebuah meteor (disebut juga bintang jatuh atau bintang beralih) akan
terlihat sebagai goresan cahaya sekilas di langit. Durasinya tidak
sampai satu detik walaupun ada juga yang terlihat cukup lama, bergantung
dari ukurannya. Meteor tersebut berasal dari meteoroid yang tertarik
gravitasi dan masuk ke atmosfer Bumi. Menurut IAU, meteoroid itu sendiri
didefinisikan sebagai benda padat yang bergerak di ruang antar planet,
dengan ukuran lebih kecil dari astroid dan lebih besar dari sebuah atom.
Meteoroid yang berpijar
Sebuah meteoroid yang memasuki atmosfer Bumi akan mengalami tumbukan dengan partikel-partikel udara. Tumbukan ini dapat memanaskan meteoroid dan memijarkannya. Namun bukan hanya itu saja yang menyebabkan meteoroid bercahaya. Karena lajunya yang cukup tinggi, meteoroid akan menekan kolom udara di depannya. Tekanan tersebut akan memanaskan udara sedemikian tingginya sehingga dapat memijarkan dan juga melelehkan sebagian meteoroid tersebut.
Sebuah meteoroid yang memasuki atmosfer Bumi akan mengalami tumbukan dengan partikel-partikel udara. Tumbukan ini dapat memanaskan meteoroid dan memijarkannya. Namun bukan hanya itu saja yang menyebabkan meteoroid bercahaya. Karena lajunya yang cukup tinggi, meteoroid akan menekan kolom udara di depannya. Tekanan tersebut akan memanaskan udara sedemikian tingginya sehingga dapat memijarkan dan juga melelehkan sebagian meteoroid tersebut.
Hujan meteor Leonid dilihat dari orbit (Sumber: Wikipedia) |
Kebanyakan meteoroid dalam sebuah hujan meteor akan terbakar habis di
atmosfer karena ukurannya yang kecil. Tetapi ada juga meteor yang tidak
habis di atmosfer, melainkan terus turun dan menumbuk permukaan Bumi.
Tumbukan ini dapat menghasilkan kawah dan sisa batuan yang ditemukan
disebut meteorit. Meteor seperti itu biasanya bukan berasal dari hujan
meteor tetapi termasuk dalam kelompok meteor sporadis. Sebuah meteorit
yang baru ditemukan sering dikatakan memiliki suhu tinggi. Padahal
sebenarnya tidak begitu karena bagian yang panas dari meteor tersebut
sudah hilang. Sehingga meteorit bisa ditemukan dalam keadaan hangat
saja.
Penyebab hujan meteor
Peristiwa hujan meteor terjadi ketika Bumi menemui banyak batuan dalam revolusinya. Batuan tersebut berasal dari serpihan komet yang sedang mendekati Matahari. Apabila komet tersebut melintas cukup dekat (atau bahkan berpotongan) dengan orbit Bumi, maka kita akan mengalami hujan meteor setiap kali Bumi melewati wilayah tersebut. Dan meteoroid dalam hujan meteor Leonid ini berasal dari komet 55P Tempel-Tuttle yang memiliki periode 33 tahun. Apabila hujan meteor terjadi setelah komet tersebut melintas, kita akan melihat badai meteor. Dengan begitu, badai meteor Leonid juga memiliki periode yang sama. Dan peristiwa berikutnya akan terjadi pada tahun 2023 nanti.
Peristiwa hujan meteor terjadi ketika Bumi menemui banyak batuan dalam revolusinya. Batuan tersebut berasal dari serpihan komet yang sedang mendekati Matahari. Apabila komet tersebut melintas cukup dekat (atau bahkan berpotongan) dengan orbit Bumi, maka kita akan mengalami hujan meteor setiap kali Bumi melewati wilayah tersebut. Dan meteoroid dalam hujan meteor Leonid ini berasal dari komet 55P Tempel-Tuttle yang memiliki periode 33 tahun. Apabila hujan meteor terjadi setelah komet tersebut melintas, kita akan melihat badai meteor. Dengan begitu, badai meteor Leonid juga memiliki periode yang sama. Dan peristiwa berikutnya akan terjadi pada tahun 2023 nanti.
Mengamati hujan meteor
Hujan meteor adalah salah satu peristiwa astronomis yang dapat dinikmati dengan mata telanjang. Tidak ada peralatan canggih yang diperlukan, misalnya teleskop atau binokuler. Penggunaan alat bantu optik justru akan mempersempit medan pandang dan mempersulit kita untuk melihat meteor yang muncul dan lenyap dengan cepat.
Hujan meteor adalah salah satu peristiwa astronomis yang dapat dinikmati dengan mata telanjang. Tidak ada peralatan canggih yang diperlukan, misalnya teleskop atau binokuler. Penggunaan alat bantu optik justru akan mempersempit medan pandang dan mempersulit kita untuk melihat meteor yang muncul dan lenyap dengan cepat.
Untuk mengamati hujan meteor, kita hanya perlu melihat area langit
yang seluas mungkin karena meteor bisa terlihat dari 4 mana saja.
Tentunya keadaan lingkungan yang gelap, minim polusi cahaya dan polusi
udara serta nyaman dan aman adalah kondisi ideal yang akan menambah
besar kesempatan untuk melihat semakin banyak meteor. Tetapi mematikan
lampu lalu duduk atau berbaring di halaman rumah juga sudah cukup baik,
mengingat waktu pengamatannya adalah tengah malam sampai jelang fajar.
Pengamatan di kala Bulan tidak muncul juga akan membantu kita melihat
meteor-meteor redup. Untungnya di malam ini Bulan sedang berada pada
fase sabit muda, sehingga tidak akan mengganggu pengamatan tengah malam
nanti. Semoga langit cerah!
No comments:
Post a Comment